Sabtu, 14 Juni 2014

Akhir Sebenarnya


"Jadi ini akhirnya?"tanyaku diiringi isak tangis. Ah, masih tak percaya diri ini. Semudah inikah? Lima tahun kami bersama? 

"Iya ini akhir...," satu kalimat, sejuta pukulan telak untukku. Sudah, aku tamat. 

Aku terbangun, sontak terhuyung secepatnya aku mencoba berdiri dari kasur. Malam tadi, aku terpukul dan tercabik - cabik. Mereka bilang cinta sejati tidak akan pernah pudar. Mereka bilang kalau bosan berarti bukan cinta. Lalu, dimana salahku? Aku tidak melakukan apapun. Aku menyayanginya dengan segenap hatiku. Pernah suatu hari dia membutuhkan bantuan untuk memasakkan teman - teman dari luar kota yang ingin menginap, aku pun membantu tanpa diminta. 
Dimana kurangku? Aku masih tak mengerti. Aku tak pernah melarangnya ke sana kemari. Apa lagi membatasi dunianya. Orang bilang pengalaman adalah guru terbaik. Aku yakin pengalamannya sudah melebihi lemak di tubuhnya.
Kemudian, apa yang terjadi? Lingkaran - lingkaran kenangan mulai berputardi otakku dan berproses menuju panasnya kedua mata dan pipiku. Satu, dua bulir air mata jatuh pelan dan perlahan ke arah dadaku, 
'Dug' aku bisa merasakan suaranya bersentuhan dengan kulitku. 
'Deg' semakin lama butiran air mata menjatuhi titik yang sama di dadaku. 
'Brag,' aku terjatuh di pinggiran kasurku, mungkin sudah banyak butiran air mata yang terkejut dan tumpah di dinginnya lantai kamarku. 
Kepalaku kembali pusing, pandanganku memudar.
"Begitu ya? Ah, tentu saja," ujarku, pelan, kemudian menutup mata. 

"Mengapa Ra? Mengapa?" 

Sesosok manusia berlarian ke arah orang - orang hitam yang menundukkan kepalanya. Kedua tangannya mengepal, pikirannya memberontak, dan giginya beradu. Masih tak percaya, lelaki itu menatap kosong batu yang ada di depannya. 

'Ira Kusuma Putri
23 Juli 1992 - 23 Juli 2014'

1 komentar: