Senin, 28 Januari 2013

Almost February Already, You.

Everytime I tried to look back. It was all good memories and some scratches back then that make this more precious than anything. I never count how many seconds nor how many kilometers have I spent and went. But, this one is truly valuable to keep.

29/01/2013

Dear you,

I never doubt anything in you honestly. Everytime I ensure you with questions, I actually am questioning myself about this unpredictable emotion that sometimes comes to immortal and yet immoral.

I can feel you, your eyes, your smiles, your laugh, your attitudes, and your love.
I feel your heat beats racing everytime I put my ears close down to your chest.
I can feel your warmth every time your eye lashes touch my skin.
I can feel your veiled worries whispered every time I do stupid things.


I, frankly know, you just simply keep them. I have already known you. Each single detail of you.


p.s. It's not like I'm spying on you, but I just have that connection.

Jumat, 18 Januari 2013

Saya dan Kalian

"People change, only the story of them stay forever."

Masih terhanyut memori tentang kalian, beberapa bulan belakangan. Berseru, mengeluh, dan tertawa bersama menantang tahun pertama jenjang pendidikan baru. Ada haru, ada cerita, ada berbagi di antaranya.

Mata saya terpaku pada secangkir kopi di sisi laptop. Tampak guratan - guratan kecil di permukaannya, menyimpan kegelisahan untuk dirasakan olehnya. 
Kalian, saya, dan kita semua. Ibarat film 5 cm, mungkin sudah separuh mendaki Mahameru tetapi menyerah di tengahnya karena saling berpencar. 
Kalian dan saya. Ibarat Harry Potter, Hermione, dan Ron yang terpecah karena memiliki latar belakang berbeda.
Kalian dan saya, sekarang. Ibarat semua chat yang dilakukan secara virtual. Seakan - akan dekat tapi dipisahkan oleh jarak yang tak terdefinisikan.

Kopi saya sudah mendekati akhir ajalnya. Masih saja saya teringat tentang cerita dan henyak tawa di antara saya dan kalian. Sayang, kerenyahannya telah termakan jarak dan mengumpulkan ketidaknyamanan yang berbeda dengan dulunya. Mungkin bahkan tak pernah berpeluang untuk hinggap menemani sepi lagi.

Ya sudahlah, orang kan berubah. Iya kan? Toh, saya masih dengan bodohnya menunggu kekerabatan itu mekar lagi. Lugu ya, selalu percaya dengan sekecil harapan. Saya dan kalian.

"You may change for I remain the same. Don't worry, best people will stay together."

Kamis, 17 Januari 2013

Women and Tranquility?

"Dan kemudian rintik hujan menari - nari di atas keramahan malam. Aku terhenyak. Kesendirianku tercarut rasa rindu. Aku, wanita yang menunggu"
Sulit untuk mendefinisikan jarak di antara satu - satu individu yang sama - sama saling melayangkan rasa. Klise ya. Anak - anak jaman sekarang, kalau nggak galau ya risau. Sedikit - sedikit disambungkan dengan hati, perasaan. Melankolis? Mungkin. Sedikit - sedikit terharu, membombardir setiap emosi yang tidak seharusnya diluapkan. 

Wanita, hawa, perempuan. Mahluk dengan hormon dan emosi yang kalau saya bilang unstable. Buruk? Tergantung. Jujur, saya juga termasuk dalam kategori mahluk ini lho. 
Sedikit - sedikit dikorelasikan dengan perasaan. Suatu yang simple bisa berkembang dan bahkan berevolusi menjadi double atau bahkan rempong. Padahal terkadang, kalau diselidiki dengan teliti semuanya hanya ada pada bagaimana kepala saya, kami, kamu, kita, mengatur perspektif pada satu hal. Satir ya, kesannya kita tidak mampu mengubah kerempongan tadi menjadi sesuatu yang lebih simple. Kemasan yang sebenarnya menyenangkan dengan kesimplean tadi justru lecek gara - gara kerempongan mahluk seperti saya.

Kalau malam datang dan pagi menjelang. Pikiran 80% wanita pasti melenceng kemana - mana. Bukan hanya wanita sih, bahkan lelaki di dunia nyata dan maya juga mengalami sindrom emosional di malam hari. Bedanya? Kalau wanita sih satu bulan sekali bisa pakai alasan 'siklus rutin' sebagai isu utama dari sumber kebetean mereka. Faktanya? Mereka, ah saya juga, kami membutuhkan afeksi dan perhatian yang lebih dari 'pukpuk semangat ya'. Aigo, wanita memang "looks like able to strengthen the others, but being vulnerable and fragile inside." 
  •  Saya bilang wanita itu lebih bisa menggunakan perasaan untuk melihat suatu hal.  Sekeras - kerasnya wanita yang pernah kamu kenal, yakinlah dia mengabaikan setitik emosi yang ingin meledak ketika lelaki mengupas masalah dengan logika, pure logic. Ada ruang tersendiri di pemikiran wanita seperti kontak pandora yang berisi apapun yang sebenarnya. Itu sebabnya mengapa wanita lebih susah dalam membahas hal - hal yang hanya seperlunya dibahas, lebih cenderung eksplanatoris dan dapat bercabang - cabang tak menentu. "I'd say we do complicate things and we do it just because."
  •  Memori wanita itu longlasting dibandingkan ingatan lawan jenisnya. Ada celah kecenderungan untuk memadumadankan memori itu dengan sensitivitas yang saya kira lelaki bahkan tidak paham mengapa instinct itu ada.
  •  Wanita itu mudah mengabaikan rasanya untuk suatu hal yang dia rasa pantas untuk dikorbankan. Seperti kamu, misalnya?
 Jadi, masih berani hantam emosi wanita malam ini?

"They say keep it simple in order to settle. They must've never met most women."

Jumat, 11 Januari 2013

Morning Story of Bakpia



Kamu dan saya itu seperti minyak dan air. Nggak menyatu tetapi berjalan beriringan. 

Ini yang membuat saya bertahan dengan kamu dan saya merasa setiap jengkal cerita kehidupan saya selama setahun setengah belakangan menjadi sangat menyenangkan.

Kamu tahu? Saya dan kamu itu  mungkin seperti bakpia. Bakpia? Tampaknya sih di luar sama, tapi di dalam beda. Surprising dan risky sih, tapi nggak tahu kenapa selalu ada kenyamanan dan excitement di antaranya.

Kamu suka tim bola warna merah, saya pun sama. Saya suka petualangan, kamu juga. Kamu bisa berpindah – pindah dan ku pun begitu. Saya dan kamu sama – sama gila dan kritis tentang hal yang sebenarnya tidak perlu dieksploitasi dengan kata.

Beda. Kamu bakpia keju dan saya bakpia cokelat. Rasanya nggak akan monoton kalo di makan bergantian. Mungkin banyak kesamaan pada hal – hal favorit saya dan kamu. Tapi nyadar nggak sih kalo banyak perbedaan di sifat saya dan kamu, tetapi saya masih suka membahas setiap alur argumentasinya.

Kamu membuat saya penasaran, jatuh, bangun, loncat, berkali – kali. Kamu membuat saya tersenyum ketika kamu bilang “yaudah sih simple aja, kenapa dibikin rempong?”

Ketika saya melihat kamu pertama kali, saya merasa seperti saya melihat refleksi saya di cermin, tetapi berkebalikan ketika bergerak. Saya ingin A kamu ingin B, banyak intensi mengalah di tengahnya, sedangkan banyak mimpi – mimpi di luar nalar yang sama – sama saya dan kamu tahu kalau itu semua berarti jika dilakukan bersama

Sekarang, saya dan kamu hanya harus menyelaraskan ego. Saya bahagia sudah menemukan kamu. Saya banyak belajar dari kamu. Saya banyak melihat diri saya di kamu dan di tengah – tengahnya ada perbedaan yang pada akhirnya mereda karena saya dan kamu sama – sama peduli.  


“I get what i want but I don’t get what I need sometimes. But you know what, because you are the one that I want, you turn to fulfill what I need. Overall indeed.”

p.s. dari saya, untuk kamu, manusia sawah, selamat menempuh uas ya :)

Rabu, 02 Januari 2013

Maple Leaf

"A red maple leaf? Why?"
"It shows courage. It brings power. The symbol of beauty and yet mystery..."
"Is that it?"
"Nope, it's your favorite."

Like a maple leaf, you just fall down so fast but not to give up.
You're just being down to earth, down to land, down to the lowest level of reality.
Just like a maple leaf.
It's changed, after seasons. From green to yellow to orange and finally red.
You're just changed to be more mature and full of courage to go on adventure.
The beauty you barely see. But once they are blended with the wind. They are everyone's favorite.
The last day of autumn and the before beginning of winter. They'll come into humongous piles around the blocks, they'll lock the mystery, never let any tornado come inside.
You'll just adore it. You'll put your both eyes stick to the color, your favorite.
Only maple leaf.


Selasa, 01 Januari 2013

Jenuh


"Ada yang bilang kamu hinggap di bilik - bilik antara keraguan dan bukan spontanitas. Salahkah?"

Posting ini dibuat dengan inspirasi yang sangat personal  di pembuka tahun 2013 ini.
Teman saya yang tinggal di suatu tempat merasa dia nggak ada di sana. Kalo bahasa kerennya sih does not belong there. Ketika pertama dengar, rasanya dia seperti menyimpan rahasia. Bukan. Beban malah. Sedih ya, teman sendiri, tapi tidak merasa cocok dengan keadaan yang semestinya dia merasa senang.

Teman saya ini, sebut saja Leyak. Bukan Leyak yang di Bali sih. Ya, ehm, Leyak aja. Leyak ini padahal pribadi yang menyenangkan dan dia senang banget bergaul. Teman - temannya banyak, so gorgeous. Salah satu anggota cheerleader yang notabene adalah ekskul terkeren, terbisa-membuat-cowok-cowok-kelepek-kelepek (yang ini agak lebai yah, maafkan-). Jadi intinya dia itu gifted, spesial. Kalo saya bilang dia itu sering banget nggak bermaksud melucu tapi justru sering konyol dengan sendirinya. Bahagia banget punya teman kaya Leyak.
 Sudah beberapa bulan terakhir ini Leyak tinggal di Yogyakarta. Kota pelajar katanya, kota dengan sejuta mimpi dan keindahan katanya. Leyak sudah menginjakkan kakinya ke setiap tempat wisata. Bisa dibilang keluarga Leyak yang di Yogyakarta adalah keluarga yang terpandang. Saudara - saudaranya juga keren dan menyenangkan. Anehnya, Leyak justru merasa lempeng aja di antara mereka semua. Dia merasa terasingkan. Kalo mau flashback ke jaman pre-kemerdekaan Indonesia, Leyak mungkin kayak Soekarno yang berarti banget bagi Indonesia dan salah satu tokoh yang gifted, tetapi dia merasa terasingkan. Tidak cocok dengan keadaan yang ada di sekitarnya.

Salah? Nggak kok. Wajar.
Setiap manusia di dunia, punya fase ini. Fase jenuh. Fase merasa nggak cocok di tempat yang memang seharusnya dia di sana. Kalo berbicara tentang salah atau benar saya kembalikan lagi kepada manusianya lagi. Yang jelas, manusia mungkin nggak memprioritaskan fase ini tetapi justru menghindari. 
Sedangkan Leyak teman saya ini, justru mengajarkan kepada saya satu hal. Dia menggebrak pintu ketabuan manusia lain yang menghindar dari kejenuhan. Dia tidak menjauh, justru mendekat. Dia mencoba mencari solusi dan dia bernyali untuk berungkap.
Saya juga pernah jenuh, kamu juga, kalian semua, kita semua pernah. Saya sering ketika sudah stuck ngerjain paper  kuliah tiba - tiba bingung mau ngapain dan memang nggak mau melanjutkan. Saya sering jenuh dengan rutinitas di perkuliahan yang memang terkadang membosankan kalau dilihar dari segi akademis. Nah, sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kalo saya sih, maksimalisasi kejenuhan itu lalu meledakkannya dengan kesenangan dan tantangan yang mungkin ada.

Selamat menghadapi atau menghindari kejenuhan :)