Jumat, 05 Juli 2013

Behind Tragedy, There Exists Love Story

"In every level of disaster or any kind of war, there exists the love story behind."

Lagi dan lagi, masalah cinta. Klise, kayak Cu Pat Kai. Memang sih, tapi justru ini yang selalu nggak pernah kuno dimakan jaman dan detik jarum jam yang ada di dinding. Entah mengapa seni dengan afeksi yang lebih riil memang menjadi senjata ampuh untuk memicu sensitivitas saya. Baru saja saya sekilas menonton bagian film Pearl Harbour dan kemudian saya tertegun. Kenapa ada sisipan cerita cintanya? Kenapa harus cerita cinta? Ini kan tentang perang?

Kemudian saya teringat beberapa waktu lalu ketika menonton Troy dan menyadari bahwa selain memang dikarenakan "national interests", hal - hal sekecil kaburnya si permaisuri karena cinta menjadi alasan kenapa perang itu muncul. Bagaimana dengan Titanic? Ingat adegan dimana ada pasangan kakek dan nenek berpelukan sementara kapal Titanic sudah akan tenggelam? Atau Rose yang masih mengingat Jack walaupun sudah terlampau tahun? Mungkin karya Nicholas Sparks juga dapat kembali dijejaki. Hampir di setiap ceritanya tersimpan tragedi yang cukup tragis untuk disandingkan dengan kisah cinta. Tetapi, toh tetap saja sah dan justru mampu memeras air mata pembaca. Masih segar ingatan saya ketika "teenlit" menjadi bacaan jempolan remaja. Cerita - cerita yang tragis dan kemudian dihiasi dengan cerita cinta justru yang mampu mengambil hati setiap anaknya.

Terkadang saya memang kurang kerjaan bahkan hal - hal seklise dan kecil ini pun ikut dipikirkan, tetapi mungkin kembali lagi kita bisa merenungkan. Di setiap cerita yang tragis pasti tersimpan cerita cinta di dekatnya. Tidak peduli betapa kompleks ataupun klise, itu tetap cerita cinta. Buktinya, FTV saja masih eksis bukan? ;)