Selasa, 01 Januari 2013

Jenuh


"Ada yang bilang kamu hinggap di bilik - bilik antara keraguan dan bukan spontanitas. Salahkah?"

Posting ini dibuat dengan inspirasi yang sangat personal  di pembuka tahun 2013 ini.
Teman saya yang tinggal di suatu tempat merasa dia nggak ada di sana. Kalo bahasa kerennya sih does not belong there. Ketika pertama dengar, rasanya dia seperti menyimpan rahasia. Bukan. Beban malah. Sedih ya, teman sendiri, tapi tidak merasa cocok dengan keadaan yang semestinya dia merasa senang.

Teman saya ini, sebut saja Leyak. Bukan Leyak yang di Bali sih. Ya, ehm, Leyak aja. Leyak ini padahal pribadi yang menyenangkan dan dia senang banget bergaul. Teman - temannya banyak, so gorgeous. Salah satu anggota cheerleader yang notabene adalah ekskul terkeren, terbisa-membuat-cowok-cowok-kelepek-kelepek (yang ini agak lebai yah, maafkan-). Jadi intinya dia itu gifted, spesial. Kalo saya bilang dia itu sering banget nggak bermaksud melucu tapi justru sering konyol dengan sendirinya. Bahagia banget punya teman kaya Leyak.
 Sudah beberapa bulan terakhir ini Leyak tinggal di Yogyakarta. Kota pelajar katanya, kota dengan sejuta mimpi dan keindahan katanya. Leyak sudah menginjakkan kakinya ke setiap tempat wisata. Bisa dibilang keluarga Leyak yang di Yogyakarta adalah keluarga yang terpandang. Saudara - saudaranya juga keren dan menyenangkan. Anehnya, Leyak justru merasa lempeng aja di antara mereka semua. Dia merasa terasingkan. Kalo mau flashback ke jaman pre-kemerdekaan Indonesia, Leyak mungkin kayak Soekarno yang berarti banget bagi Indonesia dan salah satu tokoh yang gifted, tetapi dia merasa terasingkan. Tidak cocok dengan keadaan yang ada di sekitarnya.

Salah? Nggak kok. Wajar.
Setiap manusia di dunia, punya fase ini. Fase jenuh. Fase merasa nggak cocok di tempat yang memang seharusnya dia di sana. Kalo berbicara tentang salah atau benar saya kembalikan lagi kepada manusianya lagi. Yang jelas, manusia mungkin nggak memprioritaskan fase ini tetapi justru menghindari. 
Sedangkan Leyak teman saya ini, justru mengajarkan kepada saya satu hal. Dia menggebrak pintu ketabuan manusia lain yang menghindar dari kejenuhan. Dia tidak menjauh, justru mendekat. Dia mencoba mencari solusi dan dia bernyali untuk berungkap.
Saya juga pernah jenuh, kamu juga, kalian semua, kita semua pernah. Saya sering ketika sudah stuck ngerjain paper  kuliah tiba - tiba bingung mau ngapain dan memang nggak mau melanjutkan. Saya sering jenuh dengan rutinitas di perkuliahan yang memang terkadang membosankan kalau dilihar dari segi akademis. Nah, sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kalo saya sih, maksimalisasi kejenuhan itu lalu meledakkannya dengan kesenangan dan tantangan yang mungkin ada.

Selamat menghadapi atau menghindari kejenuhan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar