Coba pejamkan
matamu dan temui takdirmu...
Bagaimana kalau
cinta sejatimu adalah orang berkulit hitam dan kamu adalah “that Asian minded”?
Bagaimana kalau
cinta di masa depanmu adalah orang yang mengidap “down syndrome”?
Atau bagaimana
kalau cintamu kandas karena perbedaan jalur hidup dan mati?
Tidak. Tidak
segampang itu berdamai dengan realita dan mencoba tidak untuk menampik fakta.
Toh, buktinya saya masih saja berkutat dengan keramaian hidup dan tersenyum kepada keramahan
matahari senja. Saya juga masih mencoba untuk menelan bulat – bulat fakta bahwa
sudah minggu kedua saya kembali mengikrarkan diri di jalur akademis, lagi.
Kemudian setelah
melihat sebuah film yang diangkat dari lima cerpen karya seorang penulis
terkenal di Indonesia, saya kemudian kembali menimbang – nimbang masa lalu,
kini, dan depan. Refleksi diri dan hati, sesekali.
Hingga suatu
detik, seorang teman bertanya kepada saya “Kalau misalnya kamu dicintai oleh
dua orang yang normal dan tidak. Yang mana yang akan kamu pilih?”
Jawab saya, “yang
tidak.”
Mencari sensasi?
Bukan.
Cinta itu kadang
menipu. Kamu tidak akan menyangka siapa yang akan kamu cintai akhirnya. Mungkin ketika kamu sadar kalau kamu cinta dia, dia sudah lama memilih untuk
menjauhi takdir kalian.
Saya hanya ingin
memperlihatkan dan berdedikasi sebagai seorang yang mampu menjaga hati seorang
yang tidak normal ini. Mungkin banyak kekurangan yang membuat saya ketar –
ketir dengan tamparan komentar massa. Tetapi, bukankah cinta itu tidak mengenal
ras ataupun warna kulit? Lalu kemudian mengapa menjadi sebuah masalah ketika
harus mencintai seseorang yang berbeda? Mengapa kemudian manusia dibutakan oleh
kelebihan daripada mendengar kekurangan?
Mungkin manusia
terlalu naif mengatakan bahwa cinta itu mulia dan tidak mengenal rupa, toh pada
akhirnya masih banyak manusia yang lebih memilih masalah rupa daripada hati. Mungkin
kecukupan hati menjadi sebuah keserakahan nafsu yang tidak akan pernah
terpenuhi secara nyata. Bukankah biasanya ketulusan itu disadari ketika ia
mulai lekas hilang dari sudut ia memandang?
“Sometimes when you realize that your keeper is long-gone, you’re still staying there, hoping the better one will eventually come. Somehow the best does not always come twice.”
p.s. Malaikat juga tahu, siapa yang jadi juaranya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar