Kamis, 17 Januari 2013

Women and Tranquility?

"Dan kemudian rintik hujan menari - nari di atas keramahan malam. Aku terhenyak. Kesendirianku tercarut rasa rindu. Aku, wanita yang menunggu"
Sulit untuk mendefinisikan jarak di antara satu - satu individu yang sama - sama saling melayangkan rasa. Klise ya. Anak - anak jaman sekarang, kalau nggak galau ya risau. Sedikit - sedikit disambungkan dengan hati, perasaan. Melankolis? Mungkin. Sedikit - sedikit terharu, membombardir setiap emosi yang tidak seharusnya diluapkan. 

Wanita, hawa, perempuan. Mahluk dengan hormon dan emosi yang kalau saya bilang unstable. Buruk? Tergantung. Jujur, saya juga termasuk dalam kategori mahluk ini lho. 
Sedikit - sedikit dikorelasikan dengan perasaan. Suatu yang simple bisa berkembang dan bahkan berevolusi menjadi double atau bahkan rempong. Padahal terkadang, kalau diselidiki dengan teliti semuanya hanya ada pada bagaimana kepala saya, kami, kamu, kita, mengatur perspektif pada satu hal. Satir ya, kesannya kita tidak mampu mengubah kerempongan tadi menjadi sesuatu yang lebih simple. Kemasan yang sebenarnya menyenangkan dengan kesimplean tadi justru lecek gara - gara kerempongan mahluk seperti saya.

Kalau malam datang dan pagi menjelang. Pikiran 80% wanita pasti melenceng kemana - mana. Bukan hanya wanita sih, bahkan lelaki di dunia nyata dan maya juga mengalami sindrom emosional di malam hari. Bedanya? Kalau wanita sih satu bulan sekali bisa pakai alasan 'siklus rutin' sebagai isu utama dari sumber kebetean mereka. Faktanya? Mereka, ah saya juga, kami membutuhkan afeksi dan perhatian yang lebih dari 'pukpuk semangat ya'. Aigo, wanita memang "looks like able to strengthen the others, but being vulnerable and fragile inside." 
  •  Saya bilang wanita itu lebih bisa menggunakan perasaan untuk melihat suatu hal.  Sekeras - kerasnya wanita yang pernah kamu kenal, yakinlah dia mengabaikan setitik emosi yang ingin meledak ketika lelaki mengupas masalah dengan logika, pure logic. Ada ruang tersendiri di pemikiran wanita seperti kontak pandora yang berisi apapun yang sebenarnya. Itu sebabnya mengapa wanita lebih susah dalam membahas hal - hal yang hanya seperlunya dibahas, lebih cenderung eksplanatoris dan dapat bercabang - cabang tak menentu. "I'd say we do complicate things and we do it just because."
  •  Memori wanita itu longlasting dibandingkan ingatan lawan jenisnya. Ada celah kecenderungan untuk memadumadankan memori itu dengan sensitivitas yang saya kira lelaki bahkan tidak paham mengapa instinct itu ada.
  •  Wanita itu mudah mengabaikan rasanya untuk suatu hal yang dia rasa pantas untuk dikorbankan. Seperti kamu, misalnya?
 Jadi, masih berani hantam emosi wanita malam ini?

"They say keep it simple in order to settle. They must've never met most women."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar